Pendahuluan
Jujur adalah
akhlak yang sudah ditanamkan oleh allah swt. Kepada setiap insan sejak
penciptaan. Kejujuran akan semakin hidup subur dan menjadi kepribadian manakala
kita benar-benar mengesakan tuhan .Percaya sepenuh hati bahwa Allah adalah
satu-satunya yang tahu apa yang kita lakukan , tetapi karena kemusyrikan,
mengagungkan jabatan , terlalu cinta pada seseorang , pengaruh lingkungan ,
ketakutan dan juga karena keadaan. ingat, sekali berbohong, akan mengundang
kebohongan yang lain , dan kebohongan membuat diri tersiksa dan tidak nyaman.
Jujur bahasa arabnya “amanat”,lawan
katanya curang,bahasa arabnya berprilaku sesuai dengan fitrahnya , tidak
menyimpang, dan juga tidak menyimpangkan ketentuan , baik untuk kepentingan
dirinyasendiri maupun orang lain, jujurlah pada diri sendiri, kamu akan hidup
tenang dan tidak akan celaka. Jujurlah pada orang lain, sampaikanlah apa
adanya, kecuali demi kemaslahatan yang besar. [1]
Pentingnya kejujuran
Ibnu mas’ud ra,
berkata bahwa rasulullah saw .bersabda;” sesungguhnya sesungguhnya
kejujuran mengantarkan kepadaa kebaikan , dan kebaikan disisi allah sebagai
orang yang jujur . sedangkan kebohongan, mengantarkan kepada kedurhakaan. Dan
kedurhakaan mengantarkan keneraka , seseorang yang senantiasaberkata bohong
akan dicatat disisi allah sebagai pembohong.”{HR. mutafaq’alaih}.
Bahasan bahasa
Al-Raghib dlam
kitabnya mufradat al-qur’an mengatakan;Kata al-shidq{kejujuran} dan al-kidzhib{kedustaan,kebohongan}pada
mulanya dipakai pada ucapan yang telah berlalu atau akan tiba, berupa janji
atau dalam bentuk berita, pertanyaan atau tuntutan. Dimana kejujuran adalah
ucapan, isi hati dan realitas yang di beritakan,dimana apabila syarat initidak
terpnuhi maka bukanlah kejujuran, tetapi edustaan atau diantara kejujuran dan
kedustaan.
Demikian dikatakan
al-Raghib. Jumhur ulama berkata;” Kebenaran/kejujuran adalah sesuai dengan
realitas, sedang kedustaan berbeda dengan realitas”.
Petunjuk{menunjukan,
mengantarkan} ialah penunjukan untuk sampai tujuan.Kebaktian ialah
berkelapangan dalam perilaku kebaikan, yakni bahwa kata birru adalah bermakna
mencakup semua kebaikan, pula di maknakan sebagai amal perbuatan murni yang
bersifat abadi, kedurhakaan atau kejahatan{al-fujur}ialah menyobek tutup
keagamaan,atau dartikan sebagai kecondongan perusakdan semangat bermaksiat,
yakni bahwa kata al-fujur mencakup semua keburukan, di mana asal
kata al-fajr adalah bermakna sobekan yang luas.[2]
Makna, hakikat, dan
tingkat kejujran
Ketahuilah bahwa
lafal ash-shidiq {kejujuran}menurut islam di pergunakan dalam enam
makna ;
· Jujur dalam perkataan
· Jujur dalam niat dan kemauan
· Jujur dalam tekad
· Jujur dalam menepati tekad yang di buat
· Jujur dalam amal
· Jujur dalam seluruh sifat yang di pandang baik{mulia] oleh agama
Jika seseorang telah
menggenggam kejujuran dalam seluruh maknnya ini maka dia berhak mendapat
gelar ash-shidiq{orang yang paling jujur}. Disisi lain,orang-orang yang di
kategorikan jujur juga bertingkat-tingkat. Artinya, jika dia hanya memiliki
satu aspek saja maka maka dia hanya di katakan sebagai seorang yang jujur dalam
aspek tersebut, tidak pada aspek yang lain. Penjabarannya sebagai berikut;
Pertama, jujur
dalam perkataan.ialah, kejujuran dalam pemberitaan atauhal-hal yaang berkaitan
dengan pemberitaan.
Kedua, dalam nit dan
kemauan. Kejujuran seperti ini dapat di kembalikan kepada mana ikhlas, yaitu
orang yang motivasinya dalam segala aktivitas hanya Allah swt.
Ketiga, jujur dalam
tekad. Manusia biasanya senang memasang tekad untuk melakukan amal tertentu.
Keempat, jujur
dalam menepati tekad yang di buat. Seseorang terkadang dapat dengan mudah
melontarkan tekad tertentu krena memang tidaka sulit mengucapkannya. Akan
tetapi, sulitnya menepati tekad itu baru terasa ketika yang menjadi tekad itu
benar-benar terwujud atau dornga hawa nafsu mulai ikut mengacau, Pada saat itu,
tekad yang telah di buat itu dapat melemah bahkan di ingkari sendiri oleh
pelakunya.
Kelima, Jujur
dalam beramal. Bentukny adalah upaya seseorang agar antara tindakan-tindakan
lahiriah tidak berbeda denga apa yang ada dalam hatinya.
Keenam, Jujur dalam
segala sifat baik yang di anjurkan agama. Inilah tingkatan kejujuran yang
paling tinggi. Contohnya adalah jujur dalam rasa takut dan pengharapan kepada
Allah swt, jujur dalam mengagungkannya, jujur dalam sikap zuhud, tawakal, dan
menyayangi sesama.[3]
Kesimpulan
Ø Secara implisit Rasulullah saw, memerintahkan umatnya untuk
berkata berbuat jujur, karena kejujran akan mendatangkan kebaikan. Beliau juga
memerintahkan umatnya untuk menjauhi kebohongan, karena kebohongan akan
mendatangkan keburukan.
Ø Orang yang terbiasa melakukan sesuatu dan telah menjadi
sifatnya, maka tidak salah kalau dia di juluki dengan kebiasaan atau sifatnya
itu.
Ø Pahala dan siksa tergantung amal yang di lakukan.
[2] Muhammad Abdul Aziz Al-khauli, menuju akhlak nabi,
penerjemah Ahmad Sunarto,{Semarang; Pustaka Nuun, 2006}hal.151-152
[3] Dr. Saad Riyadh, jiwa dalam bimbingan Rasulullah saw,
penerjemah Abdul Hayyie Al-Kaittani.{Depok : Gema Insani, 2004}. Hal. 139-140.
Sumber: http://mauludihasmi.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar